Belanda merupakan negara terlama yang pernah menjajah Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia pernah dijajah Belanda selama 350 tahun lamanya. Hal tersebut sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dari berbagai bidang, mulai dari perdagangan, kebudayaan, pendidikan, dll. Salah satu peninggalan Belanda yang masih dapat kita jumpai saat ini salah satunya adalah bangunan-bangunan kolonial Belanda dibeberapa kota di Indonesia dan biasanya daerah tersebut dijadikan objek wisata dengan sebutan “Kota Lama”.

 

Warisan Budaya secara arsitektural tersebut terus berkembang dan beradaptasi dengan kemajuan zaman, bahkan menjadi salah satu style Arsitektur yang cukup populer dikalangan menengah ke atas. Hal ini menciptakan suatu karya seni yang unik dan memukau hingga saat ini.

Dalam buku karya Handinoto di tahun 1996, ciri-ciri bangunan kolonial yaitu:

  1. Gable / Gevel, berbentuk segitiga yang mengikuti bentuk dari atap.
  2. Tower / Menara, memiliki berbagai variasi bentuk geometris.
  3. Dormer / cerobong asap semu, yang digunakan sebagai sirkulasi dan pencahayaan; di negara asalnya, Belanda, dormer digunakan sebagai ruang untuk perapian.
  4. Tympannon / tadah angin, merupakan lambing pada masa pra kristen yang digambarkan dalam bentuk pohon hayat, kepala kuda, atau roda matahari.
  5. Ballustradesebuah pagar yang umumnya terbuat dari beton cor ; yang berfungsi sebagai pagar pembatas balkon dan/atau dek bangunan.
  6. Bouvenlicht / lubang ventilasi, sebuah bukaan pada bagian bangunan yang digunakan untuk memenuhi kenyamanan thermal.
  7. Windwijzer / penunjuk angin, sebuah ornamen yang terletak di atas nok atap yang digunakan sebagai penunjuk  arah angin.
  8. Nok Acroterie (hiasan puncak atap),  berada di bagian puncak atap yang terbuat dari alang-alang; yang awalnya digunakan pada rumah petani di Belanda.
  9. Geveltoppen (hiasan kemuncak atap depan) – Voorschot, berbentuk segitiga yang diposisikan di bagian depan rumah.

 

Berikut beberapa contoh adaptasi Bangunan Kolonial Lama dengan Bangunan Kolonial Baru

1.

       

2.

        

3.

       

4.